Kami ingin memperkenalkan anak laki-laki terbaru kami di rumah transisi. Dia adalah anak laki-laki berusia 16 tahun bernama Muhammad Fikri Najib. Kami memanggilnya Fikri. Dia sangat menyukai sepak bola, sama seperti anak laki-laki kami yang lain.
Sebelum tinggal di Bandung, ia tinggal bersama nenek dan bibinya. Ibu Fikri meninggal ketika Fikri menjalani hukumannya di LPKA dan keluarganya memutuskan untuk tidak memberitahunya sampai dia dibebaskan dari LPKA. Bisakah Anda bayangkan betapa terkejutnya mengetahui ibumu meninggal dan tidak ada yang memberi tahu Anda? Ayahnya tinggal di kota yang berbeda dan tidak pernah bertanggung jawab atas Fikri.
Ketika kami melihat ketekunan Fikri dalam berlatih di penjara dan bersikap sangat sopan kepada semua orang di sekitarnya, kami melihat keinginan Fikri untuk berubah. Jadi kami mengundangnya untuk bergabung dengan rumah transisi kami setelah dia dibebaskan. Sejauh ini, dia telah belajar cukup banyak dalam transisi rumah bersama kami dan baru mulai menjadi mekanik sepeda motor di sekolah menengahnya.
“Saat saya di LPKA, saya selalu mengikuti latihan bersama pelatih Beto dan Pelatih Jorge. Bermain sepak bola membuat saya bersemangat dan mampu melewati hari-hari berat saya di penjara di LPKA. Saat bermain sepak bola, saya mulai dekat dengan pelatih Beto dan pelatih Jorge. Saya merasa sangat bahagia dan diberkati untuk tinggal di rumah transisi dan mendapatkan kesempatan kedua dalam hidup saya sekarang ini.”
Sekolah baru, teman baru, tempat tinggal baru, lingkungan baru, semua itu membuat Fikri menjadi pribadi yang lebih mandiri dan bertanggung jawab, terutama untuk studi SMA-nya saat ini. Kesibukan Fikri saat ini adalah bersekolah, mengikuti kelas di rumah transisi, juga mengikuti latihan sepak bola bersama pelatih Jorge dan pelatih Beto.
“Teruslah berusaha sampai hinaan berubah menjadi pujian” adalah kalimat yang menguatkan Fikri hingga saat ini. Kami mendukung dan mengasihi mu, Fikri!
0 Komentar